Perjalanan ke pantai Lhok Mata Ie




Tanggal 22 Mei, Sabtu lalu aku akhirnya punya kesempatan untuk pergi ke pantai Lhok Mata Ie. Dulu waktu masih SMA aku gak ikutan sama kawan-kawan SMA-ku, karena waktu itu almh. Nenek lagi sakit dan rasanya gak enak kalo ninggalin rumah untuk main-main sementara di rumah ada anggota keluarga yang sakit. Akhirnya teman-teman SMA ku pergi dengan riang gembira dan aku hanya berdiam diri di dalam rumah dan besoknya cuma bisa mengelus dada sambil ngeliat foto-foto mereka di sana.

Lhok Mata Ie itu apa sih? Di Aceh ada buaanyak pantai yang bagus, elok, indah, luar biasa Subhanallah. Tapi kebanyakan dari pantai itu lokasinya tersembunyi dan belum terjamah seperti pantai Lange yang pernah aku cerita di sini.
Nah, Pantai Lhok Mata Ie ini adalah salah satu pantai yang lokasinya tersembunyi itu, baru nge-booming di tahun 2013 dan pengunjungnya masih tidak terlalu banyak, kebanyakan adalah yang emang suka jelajah dan bikin kemah. Sampai akhirnya tahun 2015 ini pergi ke Lhok Mata Ie udah jadi hal yang biasa aja. Tapi ada satu peraturan yang sampai sekarang masih berlaku, yaitu Wanita dilarang menginap. Jadi ini kayak semacam pantai khusus para bujangan. Bukan tidak menghargai wanita atau bagaimana, tapi mungkin justru untuk melindungi martabat wanita itu sendiri, karena apabila wanita dan pria menginap di tempat yang listriknya ngga ada seperti ini bisa jadi bakal terjadi hal yang tak diinginkan. Alhasil pengunjung di Lhok Mata Ie banyak yang nyebur ke laut cuma pake celana dalam.




Jadi aku pergi ke Lhok Mata Ie ini sama teman-teman dari kampus pertambangan unsyiah 2014, kami jumlahnya ada 14 orang yaitu Aku, Agung, Ilman, Fadhil, Ari, Khana, Kete, Atir, Adrian, Win, Rijalul, Aufaz, Andre, dan Sauki.

Sabtu pagi itu aku bangun dan baru ingat kalo hari ini harusnya kita pergi ke Lhok Mata Ie. Setelah menghubungi Agung yang kebetulan rumahnya paling dekat, kami pergi ke rumah Ilman dulu untuk ngeliat persiapan barang. Aku kebagian tugas buat bawa panci 2 buah sama sendok nasi dan sendok wajan. Setelah cek barang dan bikin kecap pedas untuk cocolan Ayam bakar nanti malam, aku dan Agung kembali pulang.

Jam 2 aku dijemput lagi sama si Agung dan aku kira kita bakal langsung gerak ke Lhok Mata Ie, eh ternyata kita sama Khana, Kete, Sauki, Fadhil mampir dulu ke rumahnya Abay yang kebetulan juga dekat rumahku. Di rumah Abay lagi ada acara aqikah adek bayi, jadi banyak makanan enak gitu.

Habis makan-makan jam setengah 3 kita gerak ke rumah Ilman, ngumpul di sana dengan yang lainnya dan akhirnya baru berangkat ke Lhok Mata Ie jam 3 sore.

Dari rumah Ilman kami naik motor berboncengan berdua-dua, jadi ada 7 motor. Dari rumah Ilman ada jalan dekat menuju Ujung Pancu, nama bukit (semenanjung) dimana di baliknyalah pantai Lhok Mata Ie berada, kami lewat jalan dekat rumah Ilman itu dan kemudian beberapa menit kemudian sampailah di Ujung Pancu.
Jadi kalau mau pergi ke Lhok Mata Ie ini, kita parkir motor di rumah seorang bapak yang ada di dekat situ. Ciri-ciri rumahnya adalah banyak motor yang terlihat parkir di sampangnya dan ada kandang ayam beratap biru di belakangnya. Cukup bayar Rp. 5000,- kita udah bisa tinggalin aja motor di rumah si bapak dan kemudian berangkat ke lhok mata ie nya dengan jalan kaki.

Dari rumah si bapak, kita keluar dari perkarangan rumahnya dan jalan kaki ke kiri, nanti di samping rumah si bapak tadi ada jalan setapak kecil yang posisinya tepat berada di sebelah kandang ayam punya si bapak itu. Masuk kesitu perjalanan pendakian dimulai!

Pendakiannya cuma akan lelah di awal saja, karena saat mendaki bukit yang kiri dan kanan adalah kebun warga setempat itu, tanjakannya lumayan curam dan berbelok-belok. Tapi setelah itu tidak ada yang lebih parah lagi. Kami kemarin istirahat 3 kali selama jalan kaki, yang pertama habis pendakian itu, yang kedua di bawah pohon saat jalanannya sudah terlihat tak mendaki lagi, dan terkhir dekat mata air.

Namanya aja Lhok Mata Ie, Lhok artinya dalam, Mata Ie artinya mata air, berarti ada mata air disini.
Tidak jauh sebelum kita tiba ke pantai kita akan menjumpai air mengalir yang sudah diberi pipa. Kita bisa mendapatkan air tawar hanya dari sini. Air inilah yang kemudia kami gunakan untuk minum (setelah dimasak), minum tanpa dimasak, dan untuk masak mie besok paginya.

Setelah mengisi botol air mineral kosong yang kami bawa dengan air itu, kami pun melanjutkan jalan kaki dan tibalah kami di pantai Lhok Mata Ie.

Saat kami tiba sudah ada 1 tenda dari terpal yang terlihat paling dekat dengan jalur masuk ke pantai, kemudian ada 1 lagi tenda di atas bukit sebelah kanan dan setelah kami tiba sampailah 2 kelompok yang kemudian membuat tenda lagi, satu di atas bukit tadi dan satu lagi di bukit belakang lokasi tenda kami. Dan setelah memperhatikan lebih seksama ternyata ada 5 tenda lagi di ujung sebelah kiri kami. Dan sorenya datang lagi 2 tenda yang mendirikan tenda di sebelah kanan depan kami. Salah satunya adalah tenda Zia dan saudaranya. Zia adalah teman dari Jurusan tentangga, dia teman sekolahnya si Agung. Aku kenal karena dia mantan pacarnya kawan sekolahku dulu haha.
Dan terlihat beberapa pemuda bercelana dalam only lagi berenang dengan riang gembira.

Jadi udah berapa tenda tadi?
11 tenda saudara-saudara. oh nggak, 12 tambah kami.

Awalnya melihat banyaknya tenda lain sempat merasa "ah, kalo gini ngga terasa di alam liar lah" dan kadang juga merasa sedikit minder dan takut ditertawakan sama tenda-tenda tetangga melihat kami yang baru pertama kali membangun tenda dan itu pun pakai terpal biasa. Tapi ternyata ngga, yang lain juga ada kok yang pakai terpal biasa.

Jadi setibanya kami di Lhok Mata Ie itu kami langsung bagi tugas. Aku, Adrian, Andre, Rijalul nyari kayu bakar sementara Ilman dan lainnya membangun tenda, dan sisanya duduk-duduk main gitar.
Jadi tenda terpal yang kami bangun itu kira-kira strukturnya mirip gawang di sepak bola.

Dengan teori begini: Angin malam datang dari arah daratan (bukit), tenda kami terbuka lebar ke arah laut dan membelakangi bukit dan lahan kami tidur miring. Kesimpulannya kami ambil: cukup begini saja, lebih luas dan pemandangan indah di depan mata, pasti aman dari angin daratan karena posisi mulut yang menghadap bukit cenderung kecil.
Mohon jangan ditiru, dan aku yakin kalian gamau niru hahaha. Kenapa? Karena ini salah saudara-saudara!

Memang benar angin malam dari arah daratan, tapi bukan berarti tidak ada kemungkinan angin dari arah laut yang lumayan kuat yang akan berhembus. Kemudian sebaiknya pilihlah area lahan yang datar, karena kalau miring tidur akan susah dan ruang bergerak cenderung terbatas.

Sementara kami membangun tenda yang seperti di atas tadi, orang lain minimal membangun yang seperti ini dengan alat dan bahan yang sama dengan kami, mereka membuat dua buah tiang dari kayu lalu di atasnya diikatkan kayu lainnya yang menghubungnya keduanya. Lalu dibentuklah terpalmenjadi sebuah tenda segitiga.

Dan yang lainnya memang menggunakan tenda camping standar baik punya sewa atau pun punya sendiri.

Setelah membangun tenda dan air gunung tadi juga sudah dimasak, gak liat jam tapi rasa-rasanya udah jam 6 an, kami pun nyebur ke laut.

Awalnya sempat gundah berhubung cuma bawa celana dalam ganti 1 buah, dan pasti besok pagi sebelum pulang ke rumah bakal mandi laut lagi. Kalo mandi sore ini besok ga ada celana dalam ganti lagi dong.
Tapi sebuah ide pun meluncur dengan lancar dari salah satu mulut anak tambang ini. Kami mandi dulu sore ini, nanti habis mandi celananya di jemur aja semalamam untuk besok di pake lagi waktu mandi. Sip. Kami yang cuma bawa 1 celana ganti pun melaksanakannya. Lebih parah lagi si Adrian yang lupa bawa celana dalam ganti, alhasil habis berenang dia gapake celana dalam lagi. Hahaha.

Berikut beberapa foto sebelum malam:

Rumah si bapak, tempat kita parkir motor
Ini kawan-kawan baru nyampe mau bangun tenda
Itu, yang terpal hijau adalah 'tenda' kami hahaha


Atir berenang pas sunset


Setelah mandi dan ganti celana dalam kering, kami lanjut menyiapkan makan malam. Agung tugas masak nasi dan di bantu beberapa orang, terus Ilman tugas membakar ayam bersama beberapa orang lainnya juga. Sementara mereka bekerja keras dengan makanan, aku yang katanya cuma 'setengah orang' dan emang ga bisa sama-sekali masalah dapur mendapur begini cuma bisa korek-korek tanah di pojokan, itu bantuan paling besar yang bisa aku lakuin, "Membantu yang lainnya dengan cara tidak membantu sama sekali".

Hahaha, ngga juga aku palingan cuma nge-bantu di bagian nyobain nasi yang lagi di masak supaya tau apakah udah masak atau masih keras. Cuma itu.

Nah, saat sedang masak-masak inilah tenda kebanggaan kami di hantam dengan keras oleh sekelompok segerombol seonggok sebuah angin laut. Dan whooshh.... Tenda roboh. HAHAHAHAHAH :')
Ilman yang udah kecapekan dengan ayam dan segala macamnya kemudian berkata "Itu aku gak mau bikin lagi, kalian bikin sendiri". Ya wajar aja karena capek buatnya, capek-capek ngebangun tenda kenggaan eh malah roboh sekali kena angin malam hahaha

Akhirnya tenda kembali kokoh seperti semula setelah diperbaiki. Dan setalah ayam dan nasi siap dimasak, kami pun menyantap bersama-sama. Ayamnya mantap betol, ukuran potongnya emang besar dan katanya emang ini ayam pas masih hidup punya badan besar berisi gitu. Mantafff

Setelah makan-makan perut rasanya kenyangggg, setelah duduk-duduk sebentar dan api unggun udah diperbesar tau-tau udah jam 12 aja, akhirnya ngantuklah ini mata. Pas aku mau tidur si Adrian ngajak bikin kopi, oh ndak lah ngantuk kali... aku cuma nitip aja buat dibikinin lebih lalu tidur sebentar. Tidurnya gak terlalu tidur juga, susah cuy tidur di terpal yang tanah dibawahnya keras dan miring gini. Kopi siap, aku bangun dan minum sedikit. Kopinya ternyata dicampur susu sedikit, mantafff

Setelah itu barulah gabisa tidur lagi dan kami cuma duduk-duduk santai aja, sampai akhirnya jam setengah 3 tenda kami diam semua penghuninya dan datang abang dari tenda tentangga minta pinjam gitar. Dan yang kuingat cuma Fadhil yang gabisa tertidur sementara kami semua tidur lelap. Oh satu lagi, si Khana juga kayaknya susah tidur karena hidungnya baru aja dapat luka baru karena terjatuh di karang malam-malam saat mencuci piring.

Ohya, walaupun tendanya tadi ada 12, tapi sama sekali nggak merusak suasana kemah kok, malah seru juga rasanya di tiap tenda ada kegiatas masing-masing, semuanya pada sibuk bikin sesuatu. Ada yang bakar ayam juga, terus banyak juga yang cuma masak mie instan dan ada juga yang malah cuma masak air untuk bikin kopi aja. Tapi semuanya gak ribut, cuma sesekali aja ada suara ketawa-ketiwi yang besar. Tapi yang paling aku suka adalah semua tenda bakar sesuatu, semuanya punya api masing-masing. Di dalam gelap malam bertabur bintang terang dan bulannya yang saaaangat terang malam itu, anginnya tenang dan suara ombak yang terdengar jelas karena cuma beberapa meter di depan mata, pemandangan api di tiap tenda terlihat begitu kontras dan keren.

Jam 4-an aku langsung terbagun saat suara abang yang pinjam gitar tadi datang untuk ngembaliin gitar yang dipinjamnya, dia bilang ke Ari "Bang ini gitarnya ya, oh ya itu mau hujan bang kayaknya".
Kami yang terbangun langsun melihat ke depan, langit mendungnya keliatan jelas. Tapi walaupun udah dibilang gitu, kami masih juga malas-malasan sementara tenda-tenda lainnya sedang gali parit di sekeliling tenda dan ada yang sedang memperkuat tali. Sampai akhirnya datanglah angin ribut itu beserta cipratan hujannya.

Posisi aku tidur paling dekat dengan pintu tenda belakang, yang bisa aku lakuin cuma megangin tenda di belakang supaya ga terbang. Kulihat yang lain udah pada bangun dan melakukan hal yang sama di tiap sisi tenda. Kondisi kami saat itu kayak di film-film bencana alam gitu, semuanya diam dan berpegangan erat dengan pinggiran tenda, antara takut tendanya terbang atau takut kaminya yang terbang haha. Untung aja ga ada yang kemudian bilang "Apakah kita akan selamat?", kalo ada aslilah kayak film-film bencana alam hahaha. Oh ya, apakabar dengan kolor-kolor yang semalam di jemur? Tenang, berhasil di selamatkan.

Kemudian Ilman beberapa orang yang ngga megang tenda keluar dari tenda dan merubah bentuk tenda supaya angin gabisa masuk ke dalam. Dalam rintikan hujan dan angin yang kencang mereka mulai membuat pasak-pasak baru dan menimpakan batu di pinggiran tenda. Sampai akhirnya mereka selesai angin sudah mulai reda dan hujan sudah berlalu.

Ngga terasa udah jam 6 lewat, dan konon katanya mandi di pantai Lhok Mata Ie ini paling enak kalo jam-jam segini, kami bergegas siap-siap mau mandi. Kami yang udah jemur kolor semalaman langsung ganti lagi kolor kering yang lagi dipake dengan kolor yang masih agak lembab itu. Tapi ngga jadi langsung mandi, gimana ngga ngga jadi, di depan mata kami ada pemandangan yang super duper indah. Pulau-pulau di seberang pantai ini tersinari oleh mentari pagi yang masih beranjak naik sedikit demi sedikit, dan pantulannya itu sangat indah. Semua penghuni tenda lainnya ternyata sudah berada di luar tenda untuk menyaksikan hal itu, dan ngga sedikit yang mengabadikan momen itu ke dalam kameranya.

Teman-temanku yang merasa kedinginan langsung mengambil bola voli dan main bola lagi. Sementara aku sibuk dengan kamera.


Itu Zia sama sodaranya dengan tendanya

Barulah beberapa saat kemudian kami nyebur lagi, cuma sauki yang lama nyusulnya. Entah apa yang dilakukan.
Adrian lagi berenang pagi-pagi
Agung berenang di dekat batu tebingnya
Naik-naik atas batu untuk foto-foto lagi.




Kemudia setelah itu kami masak mie sambil membereskan barang-barang lainnya. Setelah makan mie sedikit, foto-foto terakhir di pantai, kemudian barulah kami berangkat kembali pulang.

Perjalanan pendakian pulang ngga terlalu capek karena lebih banyak turunan, total cuma 2 kali istirahat di jalan. Tapi walaupun aku bilang gak terlalu capek tetap aja namanya juga capek ya capeklah. Saat akhirnya keluar dari jalan setepak tadi dan menginjakkan kaki kembali di aspal, aku duduk sebentar di terotoarnya untuk mengambil nafas. Kulihat teman-temanku pada girang semua begitu lihat aspal, kayak ketemu kekasih lama yang ngga pernah ada.
Siang itu kami hauuuussss sekali, dan rasanya udah muak minum air mentah dari mata air itu jadilah kami melanjutkan perjalanan ke Lapangan Blang Padang dan menikmati kelapa muda dan sop buah segar. Aku pesan sop buah dan beli Capuccino Cincau satu saking hausnya, disitulah Sauki mengaku ia buang air besar di hutan waktu kami nyebur ke laut tadi pagi hahaha. Barulah kami berpisah dan kembali ke rumah atau kos masing-masing.

Tips buat yang mau pergi dan belum pernah pergi dan mau berkemah:

1. Baca postingan ini sekali lagi
2. Temukan kesalahan-kesalahan kami
3. Simpulkan sendiri bagaimana baiknya
4. Enjoy your trip!

Komentar

  1. Hai udah lama nih nggak berkunjung kesini dan ini komentar pertama sejak bertahun-tahun udah ngikutin blog rizki, kebiasaan jadi silent reader hehehe maafkan. Pengen banget suatu saat bisa ke Aceh dan ngerasin cantiknya pantai-pantai disana, pengen masukin Lhok Mata Le ke bucketlist jugaaa tapi sayang ya cewek gaboleh ikutan nginap, ngiri banget baca ceritanya:{{ eh btw, salam kenaaal:))

    BalasHapus
  2. setiap baca artikel blog ini sangat menghibur
    terimakasih

    BalasHapus

Posting Komentar

Komentari



Pilih pada pilihan profil:

1. Name/Url jika tidak memiliki akun blogger.

2. Anonymous jika ingin memberi komentar dengan merahasiakan identitas.

3. Google Account jika kamu juga punya blog.

Postingan populer dari blog ini

Tes wawancara di SMA idaman. Plus tips.

Apa ini pacaran?

Tips buat anak SMP yang pengen populer di sekolah.