Cerita Panjang Kuta Malaka
Akhir-akhir ini di kalangan muda-muda Aceh, terutama yang tinggal di daerah Banda Aceh dan sekitarnya pada heboh dengan yang namanya Kuta Malaka. Semuanya seperti berlomba-lomba untuk pergi ke sana, ada yang sekedar ingin melihat pemandangan indah dari puncaknya, ada yang ingin merasakan segarnya air terjun bertingkat-tingkatnya, dan ada pula yang cuma sekedar ingin foto-foto buat dimasukin ke Instagram trus bikin hastag #adventure.
Dan berhubung aku lagi gak ada kerjaan, mending aku ceritain aja pengalaman kesana ya.
Aku sudah 2 kali mengunjungi lokasi yang akrab disapa 'Kuta Malaka' ini. Lokasinya ada di Samahani, Aceh besar. Pengalaman pertama pergi ke sana adalah pada bulan Agustus tahun 2014 lalu. Aku pergi dengan teman-teman ngopiku yaitu Yudi, Bocil, Rayyan, Alam, Hakim, TM, dan Humam. Pengen ke sananya udah lama, sejak bermunculan foto-fotonya di Instagram yang di posting oleh mereka-mereka yang udah duluan pergi. Tapi terealisasi buat berangkatnya itu.... agak lama, itu pun dadakan.
Cerita dimulai 3 hari sebelumnya.
Aku, Yudi, Alam, dan TM jalan-jalan ke Saree untuk makan siang. Saat itu kami lagi sibuk-sibuknya daftar ulang PTN dan kebetulan lagi kosong dan lapar. FYI, Banda Aceh-Saree itu... lumayan jauh. Yudi boncengan dengan TM, sedangkan aku dengan Alam alias Kepo.
Sekilas tentang kepo.
Alam atau sekarang lebih dikenal dengan Kepo adalah manusia biasa, ia mahasiswa juga seperti kita. Yang berbeda hanyalah ia sering mengeluarkan pertanyaan-pertanyaan aneh dan kadang-kadang salah tempat. Tapi sejatinya ia hanya manusia biasa.
Kemudian kami ngabisin waktu selama 2 jam buat jalan dari Banda Aceh menuju Saree CUMA untuk makan siang. Untung aja makan siangnya enak.
Setelah makan siang sampai perut kenyang, kemudian kami pulang. Udah gitu aja. BAH!? Jadi jauh-jauh cuma buat makan siang? MAKAN SIANG!? Makanannya juga sama aja dengan yang ada di Banda Aceh! Rasanya pengen marah-_-
Akhirnya Yudi bilang "Yaudah, nanti kalo ada tempat bagus berenti aja buat foto-foto". Kemudian kami jalan pelan-pelan sambil nyari-nyari lokasi bagus buat foto. Baru beberapa menit masuk ke jalan lintas provinsi dan tiba di daerah yang agak hutan dikit, kami pun berhenti untuk foto-foto.
Setelah puas foto-foto, kami melanjutkan perjalanan. Ngengggg ngengggg ngengggg..... *ceritanya suara motor*
Beberapa lama kemudian kami hampir sampai di daerah Samahani, tiba-tiba aja terbesit keinginan untuk berkunjung ke Kuta Malaka.
Kebetulan kami cuma tau jalan awalnya aja untuk menuju kesana, alhasil harus nyari-nyari dikit. Rupanya nemu nya gak sulit, kebetulan si TM udah pernah jalan-jalan kearah situ juga walaupun belum nyampe ke Kuta Malaka. Tapi si TM juga gak tau pasti apa betul jalan yang kami lewati sekarang ke arah Kuta Malaka? Dia hanya ingat kami harus menyebrangi sungai-sungai kecil.
Ternyata oh ternyata, untuk melakukan perjalanan (yang mudah-mudahan nyampe) ke Kuta Malaka itu harus ngelewatin beberapa sungai kecil. Yang dalam artian betul-betul melewati, kita ngendarain motor didalam sungai untuk nyebrang. Alhasil kami ngelewatin 4 sungai dan sampai di sebuah Kebun. Jam menunjukkan pukul 16 lewat, dan kami masih juga ragu apa jalan yang kami pilih ini betul. Saat itulah tiba-tiba seorang pemuda berkuda besi datang hendak melintas. Lalu kami menyapanya dan bertanya apa jalannya sudah benar. Ia pun berkata, "Udah betul, tapi masih jauh lagi tuh disana." Ternyata si Abang itu adalah salah satu orang yang hendak pulang dari Kuta Malaka itu.
Dari tadi aku ngegunain nama 'Kuta Malaka', yang kumaksud adalah 'Puncak Gle Kuta Malaka', karena kepanjangan kita singkat jadi 'Kuta Malaka' aja ya -_-
Nah, karena udah terlalu sore, jadilah kami cuma foto-foto di dekat kebun milik orang itu aja. Lumayan juga ada gunung-gunungnya. Kami masih tertawa gembira, tak ada satupun yang mengira apa yang akan terjadi setelah ini.
Hari sudah terlalu sore dan mulai gelap, kami hendak balik ke Banda Aceh saja, perjalan ke Kuta Malaka tidak mungkin kami lakukan pada jam segitu. "Ki, biar aku yang bawa aja motornya?" Tanya Kepo alias Alam, ke-kepoannya muncul, "kasian ko bawa terus dari tadi". Iya, emang lumayan capek juga bawa motor dari tadi pagi dari Banda Aceh-Saree-SetengahKutamalaka. Kunci pun kuserahkan kepada Kepo dan kami berangkat pulang dengan Yudi-TM berjalan didepan.
Jalan di Kuta Malaka ini adalah jalan kampung, berbatuan besar, licin karena hujan dan di pinggirnya adalah jurang dangkal yang didasarnya ada sungai.
Kami lagi jalan, aku sambil foto-foto dengan kamera poketku. Di kiri kami adalah jurang sungai tadi. Dan tiba-tiba saja sebuah ranting menabrak helm Kepo yang membuat ia tak kuasa menahan beban motor Vario Techno yang berat ini. Kami pun terjatuh, setengah badan motor sudah dipinggir jurang, untung ada ranting-ranting yang menahan motor ini, kalau tidak... Gimana cara jelasin ini ke orangtua -_-
ini dia motor kesayangan yang terjatuh |
Alhasil motorku bodynya pecah di beberapa bagian untuk pertama kalinya. Aku cuma bisa tertawa. Kepo merasa ngga enak. Yudi dan TM ngakak gila-gilaan. Anak-anak setan.
Kemudian Yudi langsung ambil alih motorku, dan Kepo naik dengan si TM. Kamipun pulang dengan selamat dan bahagia kerumah.
***
Tiga hari kemudian Aku, Yudi, Kepo, TM, Rayyan, Hakim, Bocil, dan Humam ngumpul di Solong Mini pagi-pagi sekali. Solong Mini adalah warung kopi yang kopi Solongnya terkenal dan khasnya dari warkop ini adalah adanya ukuran gelas cangkir mini. Jadi bagi anda-anda yang suka minum kopi atau sanger atau teh tarek tapi tidak mau kebanyakan anda bisa pesan ukuran mini disini. FYI, ukuran mini lebih kecil dari pada ukuran pancung.
Kami berdelapan mau pergi ke Kuta Malaka. Gak kapok dengan tragedi sebelumnya, aku sama Kepo naik motor berdua lagi di motor yang sama, hahaha. Kali ini sepenuhnya aku yang bawa, kayaknya emang cuma aku yang bisa ngendaliin motor ini kalo mengamuk, oh, satu orang lagi si Yudi yang bisa.
Perjalanan dari Banda Aceh ke Samahani sekitar 20 menit lebih, karena ada yang ngisi bensin lagi dan kami mampir ke toko bangunan buat beli gembok-gembok kecil buat nunci motor. Karena katanya ga ada yang jaga diatas sana. Sebelumnya kami udah diceritain sama Bang Fandi alias bang Mastur tentang gimana cara ke Kuta Malaka dan apa-apa aja yang perlu kami tau. Bang Mastur ini adalah abang senior kami dari angkatan pertama SMA Labschool, kami angkatan ke-5, walaupun umur jauh tapi entah kenapa sering ngopi bareng.
Kami beli makan siang dulu di Samahani buat di makan di atas nanti. Kemudian perjalananpun di mulai.
Perjalanan pada bulan Agustus itu harus melewati 5 buah sungai sebelum akhirnya jalan mulai menanjak ekstrim dan sampailah kami di Puncak Gle Kuta Malaka. Ekspetasi kami adalah:
sampai disana sepi, tak ada orang dan kami harus mendaki jauh untuk ke Air Terjun. Realitanya adalah: sampai disana ada beberapa kelompok pelancong lainnya, kami parkir sebuah tempat parkir yang katanya dulu adalah sebuah Kafe dan ada yang menjaganya, cukup membayar tarif parkir dan insyaAllah aman, kemudian banyak tukang-tukang yang lagi membangun jalan menuju Air terjunnya.
Tadinya gegara baca-baca di Instagram, dan mereka cerita kalo ini perjalanan yang ekstrim lah ini lah itu lah, makanya kami ekspektasinya kyk gitu hahaha, eh ternyata...
Setelah parkir di dalam sebuah bekas Kafe itu, kami jalan kaki ke air terjunnya. Kafenya lumayan tinggi, dari situ bisa foto-foto pemandangan juga. Tepat di bawah kafe ada sebuah gapura yang lagi di bangun dan jalan setapak kecil yang sedang dalam tahap pembangunan dan sudah selesai 90% saat itu. Kemudian tibalah kami di Air terjunnya. Lumayan segar.
Kalau harus dibandingkan dengan Air terjun 7 tingkat yang ada di Aceh Selatan (aku pergi waktu kelas 2 SMA), yang ini lebih kecil kolam mandinya, lebih keruh airnya (mungkin karena musim hujan), dan lebih sulit dicapainya.
Kemudian kami makan-makan dan mulailah mandi-mandi sambil mendaki tingkatan terjunnya satu per satu. Tidak lupa pula foto-foto.
Tempat yang enak buat mandi kalo gak salah yang ada di tingkat 3 dari lokasi awal ketibaan, karena lumayan luas dan agak dalam.
Setelah mandi-mandi cantik, kemudian kami bersiap-siap mengeringkan badan untuk kemudian mendaki lagi ke Puncaknya. Ini wajib kalo udah sampe sini. Karena dari puncak ini kita bisa liat pemandangan yang indah dan bisa menghilangkan rasa lelah di raga ini. Jalan paling gampang buat naik ke puncak ada tepat di dekat tempat parkir tadi. Tapi teman-teman ku yang gak bisa dilarang ini... malah ambil motor dan jalan lagi lebih jauh ke atas karena penasaran dengan Villa yang katanya bisa di sewa diatas sana. Tapi untunglah mereka masih sadar diri juga badan udah capek gila ngapain juga ke sana. Alahasil kami berhenti dipinggir jalan, dan mendaki langsung dari situ keatas. Tempat kami mendaki ini lumayan ekstrim karena terlalu miring dibandingkan dengan yang biasa orang daki. Tapi ya untuk senang-senang apa salahnya mencoba.
Naik dari situ kami langsung tiba di puncaknya, sedangkan kalau dari jalur biasa masih harus jalan jauh lagi untuk ke puncak.
Pemandangan Mendung dari Puncak Gle Kuta Malaka Foto by me ;;) |
Setelah jepret sana-jepret sini akhirnya kami mau pulang.
Nah, sayang sekali mereka-mereka yang pakai sendal jepit untuk naik kesini dari jalur tadi. Kami turun lewat jalan kami naik tadi, yang miringnya sangaaat miring. Untung semua udah pada tau kalo di landasan miring gini jangan lari nanti gak bisa rem. Cuma Rayyan yang akhirnya jadi korban luka karena terlanjur lari dan menjatuhkan diri supaya langsung berhenti, katanya daripada gabisa berenti dan mati kebawah sana yaudah dia jatuhin diri aja. Korban lainnya adalah 2 pasang sendar jepit si Yudi dan Humam yang putus saat turun. Mereka pun terpak melanjutkan perjalanan dengan bertelanjang kaki.
15 menit sebelum magrib kami baru tiba kembali di Banda Aceh, dan barulah kami sadari betapa kotornya kami sekarang. Akhirnyanya kami pun pulang dengan damai kerumah masing-masing.
***
Perjalanan kedua ke Kuta Malaka aku lakuin sama teman-teman jurusanku, ada Ilman, Ari, Fadhil, Alul, Yus, Akil, Ichsan, dan Adrian.
Kami pergi di awal Januari kemarin dan banyak sekali perubahan yang sudah terjadi. Jika sebelumnya hanya melewati 5 sungai kecil, kini sudah 7 sungai kecil. Dan 'sungai kecil' itu sudah tidak kecil lagi, sudah mulai melebar dan dalam. Malah di sungai ke-2 harus jalan sambil serong.
Selain itu jumlah pengunjung makin ramai, dulu tiap tingkat air terjun hanya dikuasai oleh masing-masing satu kelompok pelancong, kini sudah berjamaah. Sampah mulai bermunculan di sungainya, ada bungkusan nasi, ada puntung rokok, dll. Penjaga parkirnya sekarang langsung minta bayaran dulu baru boleh parkir, kalo dulu waktu mau pulang baru bayar. Terus jalan setepak ke Air terjunnya udah selesai dan bagus. Selain itu di puncaknya kalo dulunya kita bisa foto-foto tanpa ada orang lain di belakang, kini harus sabar aja kalo di foto kita keliatan cewe-cewe lagi selfie di belakangnya.
Buat cewe-cewe sebaiknya jangan pergi cuma sesama cewe aja, ajak banyak cowo. Kenapa? Karena waktu kami pergi itu, kebetulan ada sekelompok cewe yang pergin cewe semua. Mungkin ada cowonya tapi udah jalan duluan dan mereka tertinggal. Kasian mereka, beberapa kali harus kami tolong lewatin sungai dan dijalan nanjak juga sampe kesulitan banget.
Nah sekian postingan kali ini. Lumayan panjang ya haha ;)
Lucu ki hahahhaha
BalasHapusWah panjang ya ki :D keren2!
BalasHapuskeren pemandangannya gan
BalasHapuskereeen duh pemandangannya ,, oiyaa saya suka sekali dengan template blog nyaa baguss
BalasHapussenang bisa berkunjung ke blog anda gan
BalasHapuskeren dan bermanfaat sekali info nya
terimakasih, sukses terus
keren bro pemandangan nya
BalasHapuspingin kesana juga
terimakasih gan
tulisan yang sangat menarik
BalasHapussaya senang berkunjung ke blog anda
terimakasih atas informasinya
BalasHapusdi tunggu artikel lainnya sukses terus
menarik untuk di simak info nya gan
BalasHapusterimakasih
saya sangat suka sekalui dengan info nya
BalasHapussukses terus gan
terimakasih